ABU DHABI - Uni Emirat Arab secara resmi melarang keberadaan akun Facebook yang dianggap telah menghina Islam. Akun yang dibuat oleh seorang pengguna Facebook di Abu Dhabi tersebut mengaku dirinya sebagai Allah.
Semua penyedia layanan internet di Uni Emirat Arab diperintahkan untuk memblokir pengguna yang tidak dipublikasikan identitasnya itu, setelah dia mengaku-ngaku bahwa semua yang dipostingnya merupakan isi kitab suci umat Islam, Alquran.
Semua penyedia layanan internet di Uni Emirat Arab diperintahkan untuk memblokir pengguna yang tidak dipublikasikan identitasnya itu, setelah dia mengaku-ngaku bahwa semua yang dipostingnya merupakan isi kitab suci umat Islam, Alquran.
Seperti dilansir Telegraph, Sabtu (20/3/2010), ulah si pemilik akun tersebut tentu saja menimbulkan kemarahan dan protes keras dari umat Islam. Mereka bahkan meminta agar Facebook diboikot jika akun tersebut tidak segera dihapus.
Setelah dihujani ribuan komplain, Telecommunications Regulatory Authority (TRA) di Uni Emirat Arab mengumumkan akan melarang pengguna tersebut untuk mendapatkan akun di internet. Namun kemudian, keputusan tersebut berbenturan dengan protes yang tak kalah derasnya terkait sensor internet. Pemilik akun Facebook itu mengklaim bahwa dirinya seorang ateis yang tidak percaya dengan keberadaan Tuhan.
Dia bahkan menyebutkan, para Nabi dapat terhubung dengan umatnya melalui Facebook, menerangkan perintah di Alquran dan menjawab semua pertanyaan yang ingin diketahui umat. Hingga saat ini, akun tersebut sudah memiliki lebih dari 600.000 anggota. Namun sebagian besar orang menjadi anggota akun tersebut untuk mengkritik keras.
"Pembuat akun ini sangat jelas memiliki niat untuk menghina Islam dengan mengaku sebagai Allah dan menyebarkan kalimat-kalimat yang disebutnya berasal dari Alquran," kata General Manager TRA Mohammad Al Ganem.
Sementara itu, Chief Executive Reporter Without Border Olivier Bassile yang dimintai pendapatnya mengatakan, sensor konten merupakan strategi yang salah jika diterapkan dalam Facebook.
"Hal ini terkait dengan kebebasan berekspresi. Di internet Anda akan menemukan kasus kritik relijius yang lebih jauh, namun inilah harga yang harus Anda bayar untuk kebebasan di internet," ujarnya.
Sementara itu, hingga saat ini juru bicara Facebook belum mau berkomentar terkait permasalahan ini.
Post a Comment